“Kembalinya Keris Kyai Nogo Siluman: Sebuah Isyarat untuk Bangsa”



Setelah hampir dua abad menghilang, pusaka itu akhirnya kembali ke tanah air. Keris Kyai Nogo Siluman, yang pernah menjadi saksi perjuangan Pangeran Diponegoro, bukan sekadar sebilah besi tua yang usang dimakan zaman. Ia adalah simbol perlawanan, martabat, dan harga diri bangsa yang pernah berani menentang penjajahan dengan segenap jiwa dan raga.


Pangeran Diponegoro bukan hanya seorang pejuang, tetapi juga benteng terakhir yang menghalangi penjajahan Belanda dari menguasai Nusantara sepenuhnya. Sejak ia ditangkap pada 1830, Nusantara seperti kehilangan daya. Kekuasaan kolonial mencengkeram lebih erat, menjalar ke seluruh sendi kehidupan, hingga rakyat tak lagi memiliki ruang untuk bergerak bebas.


Kini, pusaka itu kembali ke pangkuan negeri. Tetapi ini bukan sekadar tentang kembalinya sebuah artefak bersejarah. Ini adalah pertanda, sebuah pengingat bagi kita semua bahwa martabat bangsa tidak boleh lagi tergadaikan. Aura dari keris ini semestinya menjadi simbol kebangkitan kesadaran yaitu sebuah hidayah yang mengingatkan kita pada hakikat kemerdekaan sejati.


Sebab hari ini, penjajahan tidak lagi hadir dalam bentuk pasukan bersenjata. Ia datang dengan wajah manis: investasi, perdagangan, dan utang yang mencekik. Para penindas justru kita elu-elukan sebagai penyelamat ekonomi, sementara mereka dengan lihai menguasai kekayaan negeri ini.


Kesadaran adalah cahaya yang bisa menembus kegelapan berpikir. Namun, kegelapan kolektif yang paling berbahaya adalah ketika kita, secara sadar atau tidak, memberikan kekuasaan kepada mereka yang terang-terangan mengkhianati negeri ini.


Semoga kembalinya Keris Kyai Nogo Siluman bukan hanya menjadi peristiwa bersejarah, tetapi juga perwujudan energi gaib yang menyadarkan akal sehat bangsa ini, sebagaimana dulu Raden Ontowiryo (Diponegoro) memahami dengan jelas hakikat perjuangan dan kehormatan.

SPONSOR
Lebih baru Lebih lama