Gapura Gladak dari Keraton Solo





Cyberpolri.id - SOLO: Menurut KP Budayaningrat S. Yusdianto.

Dijelaskan, bahwa setiap bagian bangunan Keraton memiliki makna simbolis yang mendalam. 

Sabtu ,(19/04/2025)




Mulai dari Gapura Gladak atau Pagrogolan yang menjadi simbol perjalanan hidup manusia dalam mengendalikan hawa nafsu. 


Dahulu hewan hasil buruan yang dipilih raja dimasukan ke "gerobok" atau kotak kereta kayu, saat dibawa jalan dari Krapyak berbunyi "Glodak Glodek" itulah asal penamaannya.


Menurutnya, perubahan bentuk bangunan Gapura Gladak Keraton dilakukan oleh Pakubuwono ke-10 pada tahun 1930, yang mengubahnya menjadi model Eropa. 


Dahulu berupa pagar besi yang dibengkokkan, kanan kiri untuk menaruh hewan hasil buruan raja dan putranya, namun kala itu dirubah menjadi Reco Yakso Kalang Tinantang buatan Pandan Simping Klaten. Meskipun demikian, makna simbolis nya tetap dipertahankan.



“Ada 3 bagian gapura yang perlu diketahui, yakni gapura pertama hingga gapura kedua disebut gapura Pagrogolan, sementara gapura kedua hingga gapura ketiga disebut gapura Pamurakan. Pagrogolan, yang dahulu digunakan untuk tempat hewan hasil buruan, menjadi gambaran mendalam tentang bagaimana manusia harus mengendalikan hawa nafsu. 


Kemudian dari gapura Pagrogolan ke Gapura Pamurakan menggambarkan filosofi dalam menerima dan membagi pemberian, filosofi "murak" artinya "ngedum" atau "narima ing pandum" (menerima pemberian Tuhan),” jelasnya.


Setelah melewati rangkaian gapura, ada alun-alun yang menjadi metafora tentang gelombang kehidupan dunia.


"Dahulu bagaian dasar adalah dari pasir, saat siang panasnya luar biasa dan kalau malam hari juga dingin. Gambaran dua keadaan di dunia misalnya siang-malam, pasang dan surut" kata Kanjeng Yus, sapaan akrabnya.


Untuk Gapura Gladak di Kraton Yogyakarta:


Dulu terdapat tiga gerbang utama untuk masuk ke kompleks Keraton Yogyakarta dari arah utara, Gapura Gladhag, Gapura Pangurakan Njawi, dan Gapura Pangurakan Lebet.


Tetapi, kini yang masih utuh berdiri tinggal Gapura Pangurakan nJawi (luar) dan Gapura Pangurakan Lebet (dalam) yang berada di ujung selatan Jl. Pangurakan.


Disebut Pangurakan. Istilah pangurakan dalam bahasa Jawa berarti ‘mengusir’.  Yaitu mengusir nafsu yang buruk.


Sesuai dengan namanya, jalan tersebut difungsikan sebagai pos penjagaan pintu masuk utara Kraton. 


Gerbang Pangurakan melambangkan tahap kematian dalam siklus hidup manusia, ketika arwahnya berpisah dengan tubuhnya untuk kembali ke asalnya (Tuhan).


Untuk nama jalan pangurakan sendiri, telah mengalami beberapa perubahan. Setelah tahun 1961, memperingati Operasi trikora, maka nama jalan ini menjadi JL trikora. Kemudian, pada tahun 2013 berubah kembali menjadi JL Pangurakan.


Yang khusus juga, Jalan ini merupakan jalan raya terpendek di Yogyakarta dan panjangnya kurang dari 200 meter. (Red/Nang)

SPONSOR
Lebih baru Lebih lama
SPONSOR