PUTRI BANGSAWAN PELOPOR BUDAYA ISLAM DARI DUNIA BARAT DALAM HIDUP HATI MERINDUKAN KEBENARAN

Evelyn Murray, seorang putri yang kelak namanya akan tercatat sebagai pelopor di antara dua dunia, yaitu Barat dan Timur


Cyberpolri.id - ALJAZAIR:

Di sebuah pagi musim semi tahun 1867, di tengah keindahan alam Skotlandia.

Lahirlah seorang bayi perempuan dari keluarga bangsawan. Ia diberi nama Evelyn Murray, seorang putri yang kelak namanya akan tercatat sebagai pelopor di antara dua dunia, yaitu Barat dan Timur.




Sejak kecil, Evelyn bukanlah gadis biasa. Bersama keluarganya, ia sering berkelana ke negeri-negeri Muslim seperti Mesir dan Aljazair. Ia tumbuh akrab dengan budaya Islam, mendengar ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacakan, dan menikmati kehangatan masyarakat Arab yang jauh dari gemerlap Barat ketika itu. Sehingga tanpa disadarinya, sebuah cinta halus terhadap Islam mulai bertunas di dalam hatinya.


Pada tahun 1891, takdir membawanya kembali ke Kairo.


Di kota tua itu, ia bertemu seorang pria Inggris, John Dupuis Cobbold, dari keluarga bangsawan Suffolk.


Pertemuan singkat itu berlanjut menjadi pernikahan. Evelyn pun berganti nama menjadi Lady Evelyn Cobbold, hidup dalam lingkaran bangsawan Inggris dengan segala kemewahannya.


Namun di tengah hingar-bingar dunia sosial, ada ruang sunyi di dalam dirinya yang terus merindukan sesuatu yang lebih dalam, yaitu sebuah kerinduan kepada Tuhan Yang Maha Esa  dengan cara yang pernah ia rasakan saat kecil.


Puncak kesadaran itu terjadi ketika ia berkunjung ke Vatikan. Dalam sebuah audiensi, Paus bertanya padanya, "Apakah Anda Katolik?" Secara spontan, Evelyn menjawab, "Saya seorang Muslimah." Jawaban yang tanpa dipikir itu mengejutkan bukan hanya sang Paus, tetapi juga dirinya sendiri. 


Ia pun mulai menyelami kembali hatinya, dan menemukan bahwa selama ini, Islam telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari jiwanya.



Di usia 65 tahun, Lady Evelyn mengambil keputusan besar, ia mengikrarkan syahadat dan secara resmi memeluk Islam.atas Rohmat ,Ridho, Nikmat dan hidayah dari Alloh serta berkah baca sholawat Nabi Muhammad SAW. Ia memilih nama Zainab sebagai identitas barunya dalam keimanan.


Tak lama setelah itu, ia memulai perjalanan yang selama ini hanya berani ia impikan, yaitu menunaikan ibadah haji ke Mekah. Dengan tekad baja, ia menjadi salah satu wanita Barat pertama yang melaksanakan haji, bahkan termasuk yang pertama menggunakan mobil dalam perjalanan panjang menembus padang pasir tahun 1933.


Perjalanan agung itu ia abadikan dalam sebuah buku indah berjudul "Pilgrimage to Mecca", sebuah catatan penuh kejujuran, rasa syukur, dan kekaguman.


Bukan hanya sekadar menunaikan rukun Islam, Lady Evelyn (Zainab) melakukan napak tilas kenabian. Ia mendaki Gunung Nur yang terjal di usia lanjut, demi sampai ke Gua Hira, tempat di mana Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم menerima wahyu pertama. Sebuah pendakian yang menggambarkan betapa kuatnya tekad dan cinta yang membara di dalam hatinya.


Pada Januari 1963, dalam usia 96 tahun, Lady Evelyn meninggal dunia saat musim dingin yang menggigit menyelimuti tanah Skotlandia. Ia dimakamkan di atas bukit sunyi di tanah pribadinya di Glen Carron, menghadap kiblat, sesuai keinginan terakhirnya.


Kini, makamnya sering dikunjungi banyak Muslim dari seluruh Skotlandia, sebuah bukti bahwa perjalanan hidupnya yang penuh keberanian dan ketulusan tetap hidup dalam hati mereka yang mencari kebenaran.


Lady Evelyn Cobbold mengajarkan kita bahwa fitrah manusia selalu merindukan kebenaran. 

Dan  keberanian untuk mengikuti cahaya hati, meski di tengah dunia yang bertentangan, adalah bentuk dorongan keimanan yang paling kuat.(Red/Nang)

SPONSOR
Lebih baru Lebih lama
SPONSOR