BOGOR |Cyberpolri.id - Mantan anggota DPR RI, Angelina Sondakh, secara terbuka mengungkap kebiasaan buruk parlemen semasa dirinya masih menjabat.
Senin,(1/9/2025),
Angelina menyoroti budaya permisif yang menurutnya sudah lama mengakar di DPR.
Ia menilai hal itu membuat berbagai praktik yang sebenarnya salah justru dianggap lumrah, meski bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi.
"Kita berbicara adalah sistem yang memang sudah ada dan mungkin akhirnya jadi budaya. Nah, kalau misalkan sudah jadi budaya kan akhirnya jadi permisif dan selalu mengatakan excuse, 'Ah sudah biasa lah,' gitu," kata Angelina Sondakh.
Lebih lanjut, perempuan berusia 46 tahun itu menyebut bahkan anggota DPR yang idealis sekalipun kerap harus "tunduk" pada sistem yang telah terbentuk.
Angelina, yang juga ibu sambung Aaliyah Massaid, menyinggung bahwa rakyat sebagai pemilik kedaulatan sering kali hanya ditempatkan sebagai penonton. Dalam acara resmi, rakyat jarang mendapat posisi sebagai pihak yang paling dihormati.
"Kalau dalam undangan-undangan resmi, memang rakyat yang disambut duluan? Pasti kan, 'Yang kami hormati,' gitu loh. Dan selalu yang di-mention bukan rakyatnya dulu. Itu dan itu sudah menjadi seperti culture yang akhirnya tuh permisif lagi. Padahal kan bosnya rakyat ada di situ ya," tuturnya.
"Harusnya, eh dan inilah harusnya kan, 'Selamat siang kepada rakyatku.' Tapi rakyat jarang disebut," imbuh Angelina.
Wanita yang akrab disapa Angie ini juga menegaskan adanya banyak permainan kepentingan di parlemen.
"Ya karena ini saya ngomongin di zamannya saya, ya, dan mungkin di lingkungannya saya. Karena, kan, DPR itu juga terbagi-bagi, ya. It's about games, it's about akrobatiknya orang, gitu kan," ujarnya.
Lebih jauh, ia menyebut dunia Kekuasaan politik begitu kotor dan doktrin Keras hingga membuat seseorang kehilangan jati dirinya sebagai wakil rakyat.
"Sangat kotor, dan ada juga statement-nya bahwa ternyata kekuasaan dan uang itu adalah sesuatu yang sangat adiktif, sangat candu, bikin candu gitu di dalam, padahal kan bosnya rakyat," tandas
(Nang)