Buserpantura.id - Setetes air hujan yang jatuh dari langit. Ia tampak sendiri, rapuh, terpisah dari awan yang melahirkannya. Namun, saat menyentuh lautan, ia tak lagi menjadi sekadar tetes. Ia melebur, tetapi tidak hilang. Ia menjadi satu dengan gelombang, menyatu dalam keheningan samudera yang luas. Ia hadir, tetapi kini dalam bentuk yang lebih agung, menyatu dengan sumber keberadaannya. Begitulah kiranya inti dari manunggaling kawulo gusti—penyatuan yang bukan soal kehilangan diri, melainkan soal menemukan diri dalam kesadaran bahwa sekecil apa pun, adalah bagian dari-Nya yang tak terbatas.
Kinanten sarwo mijil—penyatuan yang sejati dan penuh kesadaran—manusia diajak untuk menyelami rasa yang paling murni. Rasa di sini bukan sekadar emosi, melainkan inti terdalam dari keberadaan kamu: pikiran yang jernih, perasaan yang tulus, kehendak yang suci. Proses ini seperti membersihkan cermin yang tertutup debu. Bukan cerminnya yang dihapus, tetapi debu yang menghalangi pantulan cahaya.
Ketika cermin itu bersih, kamu mulai melihat. Bukan hanya melihat diri, tetapi menyadari bahwa setiap pantulan, setiap kilau, berasal dari Cahaya Yang Satu. Diri kamu tidak lenyap; justru keberadaan kamu menjadi transparan terhadap kehadiran-Nya. Kamu tetap menjadi diri kamu, tetapi dalam kesadaran yang baru: Ego yang sering menjadi penghalang, perlahan dilebur hingga rasa keakuan berubah menjadi rasa pengabdian. Emosi yang bercampur amarah atau keserakahan dimurnikan menjadi kasih dan syukur. Pikiran yang berkelana diarahkan untuk melihat dunia sebagai bagian dari kesatuan dengan Tuhan.
Penyatuan ini bukan soal melupakan atau menghilangkan diri, melainkan memahami bahwa diri adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Manusia yang menyadari manunggaling kawulo gusti tidak lagi melihat dunia sebagai dualitas, tetapi sebagai kesatuan. Ia tidak menganggap Tuhan sebagai sesuatu yang jauh, tetapi sebagai inti dari segala yang ia lakukan. Dalam kesadaran ini, setiap langkah menjadi ibadah, setiap tindakan menjadi doa, dan setiap nafas menjadi pujian.