PRESIDEN PRABOWO SEDANG BICARA EMPAT MATA DENGAN KETUA UMUM PDI-P MEGAWATI SOEKARNO PUTRI



Cyberpolri.id - JAKARTA:

Presiden Prabowo dan Megawati akhirnya bertemu di Teuku Umar (7/4/2025). Bicara empat mata satu setengah jam lamanya. Tertutup. 


Tidak ada persiapan khusus atas pertemuan itu. Layaknya teman lama yang mengunjungi rumah sahabatnya, Mega menyajikan satu gelas teh hangat dan satu gelas air putih. 


Dari penampakan di meja, gelas di depan Prabowo tak lagi penuh. Sementara gelas teh agak bergeser ke kiri sisi meja. Tapi ini bukan soal minuman, bukankah berat ringannya minuman tidak ditentukan oleh kadar didalamnya tapi dengan siapa kita menikmatinya. 


Dibalik pertemuan sederhana itu, ada tangan-tangan yang terus berusaha, kaki yang sibuk kesana-kemari dan telinga yang tiada henti-hentinya menerima telepon untuk memastikan silaturami terjadi. 


Tiga hari sebelum pertemuan itu (4/4/2025), sampai-sampai Budi Gunawan, orang dekat Mega dan menteri Prabowo mengawal Mega berziarah ke Blitar Jawa Timur.


Putri Mega, Puan Maharani tidak ikut ke Blitar. Ia di Jakarta dan bertemu orang kepercayaan Prabowo, Sufmi Dasco Ahmad. 


Singkatnya ada 3 (tiga) orang yang berperan besar untuk pertemuan itu : Puan (pihak Mega), Dasco (Pihak Prabowo) dan Budi Gunawan. 


Banyak spekulasi soal pertemuan itu. Terpopuler adalah soal politik transaksional dan kekuasaan menduduki kabinet.


Namun, sadar atau tidak arahnya tidak ke lompatan kekuasaan. Alasannya, kabinet sudah selesai dibagi dan pilkada sudah selesai. 


Jika ada menafsirkan soal negosisasi soal kasus hukum Sekjen Hasto, pun Hasto sudah ditahan KPK. Artinya soal politik kekuasaan sudah selesai. 


Namun, apa yang lebih jauh adalah soal konsep kebangsaan dan bernegara.



Apalagi dunia sedang krisis dengan perang tarif yang dipicu perang dagang antara AS dan China. Yang sialnya, jika ekonomi AS dan China "batuk", ekonomi negara berkembang kayak Indonesia bisa "demam". 


Imajinasi saya kemudian kembali pada sejarah di tahun 1955, saat AS dan Uni Soviet sedang Perang Dingin. Kala itu, Soekarno menggalang kekuatan negara-negara Asia-Afrika untuk menghindari dampak konflik AS dan Uni Soviet. Mungkin saja, Mega juga menyarankan agar Prabowo melakukan apa yang pernah dilakukan ayahnya.


Sehat selalu para pemimpin.(Red/Nang)

SPONSOR
Lebih baru Lebih lama
SPONSOR