“Cogito ergo sum” adalah ungkapan Bahasa latin
dalam berperilaku kita memikirkan apakah yang kita lakukan mengandung kebaikan atau keburukan, memuat kebenaran atau kekeliruan.Kamis (26/6/2025)
Singkatnya, berpikir secara jernih membuat hidup kita bermutu, dan dampaknya tentu kita hidup tenang dan damai.
Di tengah gempuran teknologi digital yang membuka ruang kebebasan secara luas menjadi tantangan besar bagaimana manusia mewujudkan eksistensinya sebagai makhluk Jiwa dan badan berpikir Sehat.
Sayangnya banyak orang sekarang ini justru mengubur kemampuan hakiki itu dalam lautan emosi dan kepentingan pribadi. Buahnya adalah tidak sungkan mengeluarkan kata-kata tak pantas dan merendahkan di ruang publik, matinya rasa malu (“shame culture”) dan lenyapnya budaya bersalah (“quilty culture”).
Melalui “Cogito ergo sum” Rene Descartes dasar kehidupan yang bermutu ada pada fungsi maksimal akal budi kita.
"Bhinneka Tunggal Ika"
Orang yang sudah tidak menggunakan pikirannya dengan baik berarti dia sesungguhnya kehilangan hakikat kemanusiaannya.
Ketika dia dikuasai oleh naluri instingtualnya dalam bertindak dan berperilaku seperti rasa dendam berkepanjangan, iri dan dengki virus lintas bidang Ekonomi ,Sosial ,
Politik,Perdagangan itulah yang ada sekarang di republik zaman sekarang
(Nang)